Bikin Video Klip dengan Slide Foto itu Keren Lho!!!

Assalamualaikum Wr. Wb.
Huy, teman – teman, ini ada video klip hasil karyaku. Video klip ini merupakan tugas Ujian Akhir Semester kuliah Fotografiku kemaren. Jadi video klip ini hanya berupa foto – foto aja. Tetapi gak kalah menarik kok, walaupun isinya cuma foto – foto semua. Apa lagi video klip yang aku buat ini berdasarkan cerita nyata kehidupan seseorang. ^_^
Video klip ini menceritakan kehidupan seorang preman yang AKHIRNYA menemukan hidayah dan bertaubat kembali kepada jalan yang lurus. Untuk lagunya biar machting dengan cerita yang aku ambil, aku memakai lagu religi dari Gigi yang berjudul AKHIRNYA dari album Raihlah Kemenangan.
Cerita yang aku buat dalam video klip ini benar – benar kisah nyata dari seseorang. Seseorang itu merupakan mantan preman. Namanya om Simon. Walaupun dia memang memiliki tampang preman dengan banyak tato di tubuhnya, tetapi aku lebih suka menyebutnya dia musisi . Kok bisa?? Iya, aku sudah banyak mendengar cerita hidup dia. Dia itu seorang musisi hebat. Soal suara jangan diremehkan be… Benar – benar sekelas penyanyi kelas atas! Apalagi ditambah kelihaian dia memainkan gitar cokelat kesayangannya, jadi mirip Daniel Sahuleka! He…
Banyak hitam putih yang mewarnai kehidupan om Simon sebagai vokalis dari band di Jakarta hingga hidup di jalanan. Di jalanan, dia tidak takut dosa, segala perbuatan dia lakukan tanpa dilihat halal dan haramnya, seperti mabuk – mabukan, jajan gitu – gituan, dan berkelahi. Sebenarnya, dalam hati om Simon, dia ingat Allah. Mungkin karena keadaan berat yang menekan kehidupan dia, (kalau tidak salah, katanya si, dia down akibat gagal rekaman dan cerai dari istrinya) dia berontak dan protes dalam bentuk premanisme. Tetapi dia masih memiliki hati nurani. Dengan pertolongan Allah, akhirnya dia menemukan hidayah untuk kembali pada jalan yang lurus dan bertekat kuat untuk keluar dari kumbangan lumpur dosa (bukan lumpur Lapindo Brantas lho…!!!! He… ) Hingga sekarang, om Simon masih menjadi sosok yang alim dan rajin ke masjid. Subhanallah….
Nah, dari cerita kehidupan om Simon itu, aku terinspirasi dan merasa tertarik untuk membuat video klip dengan cerita seorang preman yang awalnya tercela menjadi insyaf setelah menemukan hidayah untuk tugas UAS fotografiku. Di dalam video klip ini aku mencoba mengilustrasikan sedikit, kurang lebih seperti apa tindak tanduk om Simon semasa hidupnya sehingga menjadi seorang muslimin yang sebenarnya seperti sekarang ini.
Meskipun konsep ceritanya terlihat simple, namun pengejraannya cukup terasa berat juga. Pertama – tama masalah kamera. Aku tidak punya kamera, Kepinginnya mau memakai kamera digital SLR (Single Lens Reflex), biar hasil gambarnya bagus dan efisien. Tetapi akhirnya aku cuma dapat pinjaman kamera DVC (Digital Video Camera)yang kualitas gambarnya kurang bisa diharapkan T_T. Tetapi syukurlah, masalah kamera bisa diatasi.
Masalah kedua, aku susah mencari model yang untuk terlibat di dalam video klip ini. Model yang aku butuhkan adalah preman, orang sholeh, orang yang dipalak preman, dan pengemis. Nah, buat mencari orang yang dipalak preman dan pengemis ini yang susah. Soalnya teman – temanku banyak yang gak mau. Tetapi Alhmadulillah, masih ada temen tercinta dan tersayangku mau membantu aku. He… Terimakasih bro!!!! aku makin cinta kalian!!! ^_^ (lebay…)
Terus masalah yang ketiga, model premannya susah diatur, malahan dia yang ngatur – ngatur (Aih, sutradaranya khan aku Om!!! >_<”). Dia kalau diatur malah marah - marah, mukanya nakutin banget. Hi…. Seyem… Aku bingung, ini premanismenya kumat apa dia memang menjalanin perannya dengan segenap perasaannya gitu ya??? Sehingga aku tidak bisa bekerja secara optimal sesuai dengan story board yang aku buat. Dalam hati kecil aku sempat pesimis bahwa video klip yang aku garap ini bakalan gagal. Pengambilan gambar untuk video klip ini akhirnya dapat diselesaikan selama dua hari.
Setelah proses pengambilan gambar selesai, proses editing aku lakukan. Pertama – tama aku menyeleksi gambar mana yang akan aku pakai dan aku urutkan sesuai alur cerita, lalu aku edit foto – foto itu seperti menaikkan contras, bright dan mensetting dimensinya. Pada saat melihat hasil foto – foto sebelum diedit, aku sedikit agak kecewa dengan hasil foto – fotoku yang gelap – gelap dan memantulkan banyak cahaya putih pada foto – foto itu, Hal ini disebabkan karena performance kamera yang aku gunakan kurang bagus untuk masalah fotografi. Sehingga membuat aku harus bekerja keras untuk mengakalinnya dan memperbaiki foto – foto itu.
Setelah proses editing foto – foto tersebut sudah selesai, aku menggabungkangkan foto – foto tersebut berikut lagu religi dari Gigi yang berudul AKHIRNYA. Alhamdulillah, dengan selesainya video klip ini bisa membuat aku merasa puas dan senang. Sehingga semua rasa capek yang aku rasakan selama proses membuat video klip ini, bisa terbayarkan. He…. ^_^
Jangan lupa beri komentar tentang video klipku ya!!! ^_^v
Wassalamualaikum Wr. Wb.

SKENARIO

Alow mai Prend... ini ada postingan tentang skenario. Ini sumbernya aku dapat dari Bapak Gunawan Wibisono S,Sn. dia dosen di waktu aku kuliah di tempat kuliah yang dulu... He...

seperti biasanya, gak pake basa - basi... kita simak penjelasannya...

Skenario atau screenplay adalah gambaran tertulis cerita film yang akan dibuat. Skenario tidak sama dengan karya sastra yang menjadi hasil akhir karya seni. Sebuah skenario harus menggunakan bahasa dimana terdapat deskripsi-deskripsi visual, mengandung ritme adegan, dan dialog sebagaimana sebuah film dibuat, karena skenario dituntut untuk dapat divisualisasikan dengan mudah dalam bentuk film (Sumarno, 1996:44). Jadi, skenario adalah bentuk awal sebuah film sebelum divisualisasikan dalam bentuk gambar dan suara hingga menjadi sebuah film.

Standart Format International untuk screenplay/scenario:

Ukuran kertas : US format letter sized (8,5 x 11 inch) paper, sedangkan UK format A4 (8,27 x 11,69 inch)
Cover : Biru atau Merah
Printed : Single side
Font : Courier New atau Courier New Typeface
Size : 12 point
Format : Tanpa huruf tebal dan tanpa cetak miring (no bold and italic)

Widagdo (2004:22) menjelaskan elemen-elemen yang harus ada dalam bentuk penulisan skenario yang baik, sebagai berikut:

a.Informasi ruang dan waktu
Informasi ruang biasanya dicantumkan dalam bentuk EXT. yang merupakan kependekan dari exterior atau luar ruangan, dan INT. yang merupakan kependekan dari interior atau dalam ruangan. Informasi ruang ini diikuti dengan informasi detail tempat dan waktu yang ditulis dengan huruf besar.

b.Peristiwa (kejadian)
Keterangan peristiwa atau kejadian menjelaskan aktivitas yang terjadi pada tiap adegan.

c.Karakter (tokoh)
Karakter adalah tokoh yang melakukan dialog dalam adegan tersebut.

d.Parenthetical
Parenthetical adalah keterangan aksi yang dituliskan dalam skenario, dan harus dilaksanakan pemain ketika mengucapkan dialog yang ditentukan.

e.Dialog
Dialog merupakan bentuk penyajian kata-kata yang akan diucapkan oleh karakter.

f.Transisi adegan
Informasi perpindahan adegan (scene) sebagai keterangan.

g.Shot angle
Keterangan ini adalah petunjuk bantu untuk memahami sudut pengambilan gambar (angle) serta bagaimana pergerakan kameranya.

h.General
Elemen ini tidak mutlak harus ada, karena berupa keterangan tambahan untuk lebih memperjelas penggambaran sebuah adegan.

Sebuah skenario yang baik harus memiliki cerita dengan tangga dramatik yang memiliki struktur tiga babak dimana tersusun dalam pola kerucut sebagai berikut:

a.Opening
Opening berisi pengenalan tokoh dan identifikasi masalah serta resiko yang dihadapinya. Bobot cerita pada babak ini harus cukup ringan sehingga penonton tidak terlalu berpikir

b.Middle
Babak ini merupakan tahap dimana terjadinya konflik dan cerita semakin menegangkan. Bobot cerita pada tahap ini semakin meningkat dan semakin menarik perhatian penonton.

c.End
End merupakan babak penyelesaian dari konflik, dan memiliki bobot yang lebih ringan dari tahap middle tetapi tidak lebih ringan dari tahap opening. Tahap end ini biasanya terbagi menjadi tiga macam, antara lain:

Happy end
Cerita berakhir dengan akhir yang menggembirakan, bahagia, atau selesai dengan baik.

Sad end
Berkebalikan dari happy end, cerita berakhir dengan akhir yang menyedihkan atau tidak menyenangkan.

Open end
Akhir cerita ditentukan oleh penonton dengan menduga-duga sendiri bagaimana kelanjutan dari cerita tersebut.

Sebuah skenario adalah rancangan awal dari sebuah film. Skenario tersusun dalam bentuk tertulis disertai segala keterangan-keterangan mengenai batasan visualisasi yang harus dilakukan dalam tahapan produksi. Jadi, sebelum divisualisasikan dalam bentuk gambar dan suara, wujud dari sebuah film secara keseluruhan terletak pada skenario.

Langkah-langkah penulis skenario dalam menyusun skenario adalah sebagai berikut:

a.Mencari ide pokok atau tema utama cerita.
b.Menyusun basic story (cerita dasar). Pada tahap ini ditentukan unsur-unsur yang mendukung cerita dan alur cerita secara garis besar.
c.Menyusun sinopsis cerita. Pada tahap ini jalan cerita yang lebih lengkap dijelaskan dan biasanya terdiri dari tiga alinea. Alinea pertama terdiri dari informasi dan identifikasi, alinea kedua mengenai konflik yang terjadi dan perkembangan alur cerita, sedangkan alinea ketiga berisi tentang klimaks dan penyelesaian konflik.
d.Menyusun treatment. Pada bagian ini, sinopsis telah dikembangkan lebih detail lagi dan terbentuk menjadi kerangka-kerangka cerita.
e.Menyusun scenario.

Sejarah Singkat Televisi


Kalau postingan sebelumnya membahas pengertian dan karakteristik televisi, postingan kali ini akan membahas sejarah singkat televisi.

Um… begini sejarahnya…

Televisi diciptakan melalui beberapa tahapan - tahapan penemuan sebelum menjadi televisi. Pada Tahun 1862 seorang Itali yang bernama Abbe Casseli berhasil menemukan system pengiriman gambar dengan listrik melalui kawat. Namun dasar – dasar scanning televisi mekanis (gerak berkas electron dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah pada saat pengambilan gambar di dalam tabung kamera serta dalam penyusunan kembali gambar di layar televisi) untuk pengiriman gambar objek bergerak baru ditemukan oleh Paul Nipkow seorang Rusia yang hidup di Jerman pada tahun 1884. Tiga belas tahun kemudian, cathode ray tube, yaitu tabung sinar katode mengalami penyempurnaan oleh Ferdinand Braun dari Universitas Strasburg sehingga tabung tersebut disebut tabung Braun.

Pada tahun 1907 Profesor Boris Rosing dari Institut Teknologi Petersburg di Rusia berhasil menemukan dasar – dasar scaning elektronik tabung sinar katode untuk menubah getaran elektronik menjadi visual. Selanjutnya, selama hampir lebih dari seperempat abad berbagai pakar berusaha menyempurnakan segi mekanis televisi.

Antara tahun 1923 – 1929, John Logis Baird, yang kemudian dikenal sebagai Bapak Televisi Inggris, belum berhasil meningkatkan mutu siaran televisi. Baru pada tujuh tahun selanjutnya baik di Inggris maupun di Jerman di lakukan percobaan – percobaan siaran televisi dengan hasil 60 – 80 garis setiap bingkai gambar.

Pada tahun 1928 seorang murid professor Rosing dari RCA yang bernama Dr. Zworykin berhasil menemukan tabung kamera televisi ionoscope. Kemudian menyempurnakan cara – cara sinkronisasi elektronik. Tabung kamera tersebut mulai mampu mentransformasikan visual menjadi sinyal elektronik.

Perkembangan selanjutnya, pada tahun 1935 di Perancis mulai diperkenalkan siaran televisi dengan hasil 180 garis setiap bingkai. Di Inggris, BBC memulai siaran televisi dengan menggunakan system Marconi – EMI dengan 405 garis visual. Sementara itu, di Moscow dan Leningrad telah dikembangkan siaran televisi dengan 240 garis dan 343 garis. Dalam pembukaan Pameran Internasional di New York, 30 Apri 1939, Amerika Serikat memulai siaran televisi dengan lima inchi tabung gambar. Hal ini terlaksana berkat bantuan Zworykin dan paten dari Farnworth (1939).

Nah lok sejarahnya di Indonesia gimana ya??

Tanggal 17 Agustus 1962, bertepatan dengan penyiaran pidato Presiden Indonesia yang pertama, merupakan hari bersejarah bagi dunia pertelevisian di Indonesia. Tepat 100 tahun setelah Abbe Casseli menemukan alat – alat pengirim gambar, dimulailah siaran pertama kali di Indonesia.

Bahaya Film Animasi Pertarungan Bagi Anak


Film animasi memang digandrungi anak muda, khususnya anak – anak. Memang film animasi walaupun visualisasinya berupa gambar yang tidak nyata seperti film – film pada umumnya, tetapi tidak kalah menarik untuk ditonton. Apalagi film animasi memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan film – film pada umumnya. Yaitu, dapat menyajikan adegan yang terkesan berlebihan atau bahasa gaulnya “Lebay” gituw… Kaya lebaynya Bikini Bottomnya Sponge Bob! Masa di laut ada laut juga??? Wah lebay khan?? He…

Film animasi yang sangat populer di tanah air kita adalah film animasi asal Jepang yang namanya film manga. Film manga Jepang biasanya diangkat dari komik Jepang. Dari film – film manga Jepang, film yang banyak digemari adalah film pertarungan atau film kekerasan (Violence). Seperti Naruto, Bleach, One Peace, Dragon ball dan banyak lagi yang lainnya. Diantara film yang disebutkan itu, ada beberapa film yang telah fenomenal, seperti Naruto dan Dragon Ball. Film pertarungan tersebut memang menarik, karena menceritakan sosok kepahlawanan, orang yang berani, hebat, kuat perkasa dan memiliki kemampuan super seperti tenaga dalam dan jurus – jurus pertarungan yang dasyat. Sehingga tidak diragukan lagi film – film seperti ini bisa ada di hati anak muda khususnya anak – anak. Nah, sekarang permasalahannya, bila film pertarungan sangat digandrungi anak – anak, apa dampak yang terjadi pada perkembangan pribadi anak??

Masa anak – anak adalah masa pembelajaran, masa membangun jati diri, masa dimana masih belum paham mana yang baik dan mana yang buruk, masa yang pemikirannya masih belum matang untuk bisa mengambil resiko, tetapi agresif. Dalam membentuk jati diri, anak – anak membutuhkan seorang tokoh atau idola untuk menjadi referensinya. Dan biasanya tokoh atau idola yang dipilihnya adalah tokoh yang hebat, sakti dan super yang jauh dari kenyataan sifat - sifat manusia. Bila anak – anak sudah menemukan refrensinya, maka anak – anak belajar imitative dari sifat – sifat maupun perilaku tokoh kebanggaannya itu. Selain belajar imitative, anak – anak juga berusaha mengidentifikasikan dirinya dengan idolanya. Banyak anak – anak yang mengidentifikasikan dirinya sepenuhnya tanpa melihat keburukan yang tak pantas ditirunya dari idolanya.

Nah, kalau sudah begitu, tak pelak lagi lahir generasi anak – anak sok jagoan dan agresif. (Jangan macem – macem kalau musuhan sama anak kecil seperti ini!!! Bisa – bisa anda masuk berita TV dengan judul ”Tewas Mengenaskan Oleh Sarengan Naruto Si Buyung” He….) Anak – anak seperti ini menjadi berani untuk melakukan hal – hal yang tidak pantas dilakukan. Seperti berkelahi, membangkang, melanggar hukum, melanggar norma – norma dan apa saja yang dikategorikan perilaku nakal. Hal ini sudah terbukti dengan kasus yang sempat menjadi perhatian public yang pernah diekspose di media massa. Yaitu, kisah anak Sekolah Dasar yang membantai temannya sendiri dengan meniru adengan tokoh petarung ketika menghabisi lawannya. Kalau sudah begini, siapa yang disalahkan??

Memang berbahaya bila membiarkan anak – anak melihat film kekerasan walaupun berbentuk film animasi tanpa ada yang membimbingnya. Menonton film animasi pertarungan itu memang menghibur, menyenangkan, menegangkan dan seru. Apalagi banyak adegan – adegan tokoh petarung yang fantastis dan menyihir mata anak – anak agar tidak beranjak dari tempatnya hingga film itu berakhir. Oleh karena itu, agar tidak terjadi yang tidak diinginkan terhadap psikologi maupun perilaku anak, diperlukan pengawasan, bimbingan dan mengajak anak berpikir menggunakan logika atau berpikir rasional dalam menilai setiap adegan yang terasa tidak pantas untuk ditiru si anak. Dan yang terakhir, bila si anak menggemari film animasi, suguhkan pula film – film animasi lainnya yang sifatnya lebih membangun (konstruktif) yang didalamnya terdapat tokoh yang perilakunya mencerminkan anak yang terdidik dan pantas ditiru oleh si anak.

Televisi itu??


Hi… Guys…
Ini ada postinganku tentang televisi yang baru aku baca dari buku “Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video” yang ditulis oleh P.C.S. Sutisno. Semoga bisa membantu kalian semuanya yang sowan ke blogku untuk mendapat pencerahhan dikit tentang televisi. He…
Well… to the point aja…
Media televisi pada hakekatnya merupakan suatu system komunikasi yang menggunakan suatu rangkaian gambar elektronik yang dipancarkan secara cepat, beurutan dan diiringi unsur audio. Walaupun demikian, pengertian ini harus dibedakan dengan media film yang merupakan rangkaian gambar yang diproyeksikan dengan kecepatan 24 bingkai per detik sehingga gambar tampak hidup.
Kata televisi terdiri dari kata tele dan visi. Tele dari bahasa Yunani berarti jarak dan visi dari bahasa Latin berarti citra atau gambar. Jadi kalau dua kata asing itu digabungkan, maksudnya kira – kira adalah suatu system penyajian gambar berikut suaranya dari suatu tempat yang berjarak jauh.
Um… Dari pengertian televisi tersebut, sudah jelas dunk… Kita dapat menyimpulkan bahwa televisi memang sangat membantu manusia untuk mengetahui segala informasi dari luar yang sangat jauh sekalipun tanpa manusia itu pergi ke sumber informasi itu. He…
Proses penyajian gambar dan suara pada televisi melalui beberapa tahapan. Pertama, gambar dan suara direkam melalui kamera dan mikrofon. Selanjutnya ditransformasikan ke dalam getaran elektromagnetis ( jenis getaran audio dan video ). Setelah diperkuat kemudian dimodulasikan menjadi gelombang radio dengan frekuensi tinggi yang disebut Very High Frequency ( VHF ) dan Ultra High Frekuency ( UHF ) dan di pancarkan ke udara melalui stasiun pemancar / transmisi. Setelah masuk ke dalam pesawat penerima, gelombang UHF atau VHF itu ditransformasikan kembali menjadi bentuk bayangan gelap dan terang berupa garis – garis. Bentuk inilah yang tampak sebagai gambar diiringi suara di layar televisi.
Televisi sebagai media komunikasi memiliki beberapa karakteristik beserta kelebihan. Diantaranya sebagai berikut :
1.Memiliki jangkauan yang luas dan segera dapat menyentuh rangsang penglihatan dan pendengaran manusia.
2.Dapat menghadirkan objek yang amat kecil maupun besar, berbahaya, ataupun yang langka.
3.Menyajikan pengalaman langsung kepada penonton.
4.Dapat dikatakan “meniadakan” perbedaan jarak dan waktu.
5.Mampu menyajikan unsur warna, gerakan, bunyi, dan proses dengan baik.
6.Dapat menyimpan baerbagai data, informasi, dan serentak menyebarluaskannya dengan cepat ke berbagai tempat yang berjauhan.
7.Mudah ditonton tanpa perlu menggelapkan ruangan.
8.Membangkitkan perasaan intim atau media personal.
Selain memiliki kelebihan, televisi juga memiliki kelemahan. Yaitu :
1.Merupakan media satu arah, hanya mampu menyampaikan pesan, namun tidak bisa menerima umpan balik secara cepat. Untuk mengatasi kelemahan ini, bisa digunakan media lain sebagai pelengkap. Misalnya, media cetak, telepon, dan computer. Media yang mutakhir ialah suatu system yang disebut televisi / video interaktif. Media ini terutama untuk keperluan pengajaran dan pelatihan.
2.Layar pesawat penerima yang sempit tidak memberikan keluasaan penonton. Hal ini karena ada 80% gambar objek mampu disajikan sedangkan 20% adalah area lost dan siaran biasanya tidak dapat diulang kembali.
3.Bingkai cahaya ( flash ) dan rangsangan kedip cahaya ( flicker ) dapat merusak atau mengganggu penglihatan penonton.
4.Kualitas gambar yang dipancarkan lebih rendah dibandingkan dengan visual yang diproyeksikan ( film layar lebar ).
Bedasarkan karakteristik tersebut, media televisi menyandang tiga fungsi yang batas – batasanya tidak dapat di jelaskan secara tajam, yaitu sebagai wahana hiburan, penyebaran informasi / penerangan, dan pendidikan.
Nah, cukup sekian dulu postingan tentang televisi ini… sebenarnya masih banyak lagi yang mau dimasukin ke dalam postingan ini. Tapi aku butuh ngaso rek…. Bersambung dulu yo… Liat lanjutannya di postingan berikutnya ntar… He…